Potret suasana Rapat persiapan Penerimaan Mahasantri Baru Tahun 2024/2025 mendatang. Selain membahas Target Calon Mahasantri Baru, juga membahas Cashflow sebagai bentuk transparansi dalam pengelolaan keuangan kepada seluruh Asatidzah dan karyawan. Diharapkan dengan perencanaan yang matang PMB dapat berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan. Insya Allah..
Alumni MAA diterima di Universitas Arab Saudi
Alhamdulillah, Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Dengan taufik dan hidayahnya sehingga salah satu dari anak kami, Al akh Satrio Rumekso Aji asal Sragen diterima di Prince Sattam bin Abdulaziz University, Al Kharj, Riyadh, Arab Saudi.
Ujian Akhir Semester Ganjil 2023/2024
Selamat menempuh UAS Ganjil 2023/2024Sebagai bentuk Asesmen pembelajaran dan evaluasi siswa maka kegiatan ujian setiap satu semester menjadi agenda rutin dalam kalender pendidikan.
Observasi Pembelajaran di MSUTQ Al Furqon Magelang
Kegiatan Observasi pengamatan pembelajaran di MSUTQ Al Furqon Dalam rangka membekali santri dalam memahami seluk beluk pembelajaran, maka pada mata kuliah Ushul Tarbiyah (Dasar-dasar Pembelajaran) melaksanakan Observasi/pengamatan di MSU TQ Al Furqon Untuk mengetahui proses pembelajaran yang berjalan. Kegiatan ini di pandu oleh Ustadz Muzaki, M.Pd, Selaku dosen Mata kuliah Ushul tarbiyah Program Studi Syariah. Kegiatan dilaksanakan pada hari Kamis 16 November untuk sesi Mahasantri Putri dan Hari Jum’at 17 November Untuk sesi Mahasantri Putra.
Laporan Donasi Untuk Saudara Seiman Palestina
Sebagai wujud tolong menolong dalam kebaikan dan wujud kecintaan kepada saudara seiman di Palestina. Ma’had Aly Al Furqon Membuka Donasi untuk sedikit meringankan beban mereka. Donasi dibuka pada tanggal 26 Oktober – 10 November, Alhamdulillah terkumpul sebanyak Rp. 9.279.000. Donasi ini insya allah akan kami titipkan kepada Yayasan Islam Al Furqon yang Insya Allah akan menyalurkan donasi ini sampai kepada Masyarakat di Palestina.Kami ucapkan Jazakumullahu Khairan kepada segenap Muhsinin dan segenap kaum muslimin semoga menjadi pahala jariyah yang terus mengalir disisi Allah Subhanallahu wata’ala.
Rapat Pleno Asatidzah MAA
Rapat Pleno Merupakan Agenda Rapat yang dilaksanakan sebulan sekali. Dimulai dengan Sambutan Mudir Ma’had Aly Al Furqon Magelang Kemudian setiap Kepala bagian mempersentasikan Progres Kegiatan Pembelajaran serta evaluasi dari setiap bagian. Diakhiri dengan diskusi dan peserta rapat menyampaikan Aspirasinya. Semoga dengan adanya rapat ini dapat memperkuat sinergi dan menyatukan persepsi dalam mewujudkan visi dan misi
Tiga Mutiara Bulan Dzulqa’dah
Sang surya mulai bersinar di pagi hari menerangi bumi. Tampak indah tanaman dengan sisa embunnya tumbuh bersemi. Manusiapun bergerak untuk memenuhi tuntutan ekonomi. Mereka yang berjiwa hanif berusaha hidup secara islami. Waktu terus berjalan tanpa kompromi.Tidak terasa hari demi hari berlalu silih berganti. Pekan demi pekan terus berjalan tiada henti. Akhirnya tiba bulan Dzulqa’dah yang penuh hikmah di hati. Seorang penyair Mesir yang bernama Ahmad Syauqi berkata dalam Asy-Syauqiyyat (hlm. 768) : دَقَّاتُ قَلْبِ الْمَرْءِ قَائِلَةٌ لَهُ: إِنَّ الْحَيَاةَ دَقَائِقٌ وَثَوَانِي Detak jantung seseorang berkata kepadanya (yaitu kepada pemiliknya): Sesungguhnya kehidupan adalah kumpulan menit dan detik Dengan masuknya bulan Dzulqa’dah, ada beberapa hal yang sudah sepantasnya untuk kita ingat kembali. Tullisan ini berasal dari khutbah jum’at dengan beberapa perubahan yang disampaikan penulis pada hari jum’at tanggal 10 Juni 2022 M yang bertepatan dengan 11 Dzulqa’dah 1443 H di Ma’had Aly Al-Furqon Magelang, Jawa Tengah. 1. Bulan Dzulqa’dah adalah bulan Mulia. Dalam satu tahun ada dua belas bulan. Sedangkan bulan ini adalah termasuk bulan yang dihormati dalam islam. Ia termasuk dari bulan-bulan haram yang memiliki kehormatan lebih dari bulan-bulan yang lainnya. Apa artinya Dzulqa’dah? Secara bahasa Dzulqa’dah terdiri dari dua kata: Dzu dan Qa’dah. Dzu artinya adalah pemilik. Qa’dah berasal dari qa’ada – yaq’udu yang artinya adalah duduk. Artinya bahwa bulan yang di dalamnya ada duduk. Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirul Qur’anil ‘Adhim (IV/147) dengan mengatakan: لِقُعُودِهِمْ فِيهِ عَنِ الْقِتَالِ وَالتَّرْحَالِ Karena mereka duduk dari peperangan dan melakukan perjalanan. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa bahwa pada bulan ini orang-orang Arab dahulu menghentikan peperangan dan tidak melakukan penyerangan terhadap orang lain atau kabilah lainnya. Hal itu karena bulan ini adalah bulan haram. Allah telah menyebutkan tentang bulan haram ini dalam firman-Nya: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ Sesungguhnya hitungan bulan-bulan di sisi Allah ada dua belas bulan dalam ketetapan Allah pada hari menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada bulan-bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri-diri kalian di dalamnya”. (QS. At-Taubah: 36). Dalam hadits Abu Bakrah – Radhiyallahu ‘anhu – Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda: السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو القَعْدَةِ وَذُو الحِجَّةِ وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ، Satu tahun ada dua belas bulan. Di antaranya yaitu ada empat bulan haram, tiga bulan secara berturut-turut, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. (HR. Bukhari, no. 3197). 2. Memperbanyak Istighfar. Sudah sepantasnya kita memperbanyak istighfar di setiap waktu. Termasuk waktu untuk memperbanyak istighfar adalah bulan dzulqa’dah ini. Hal itu karena Allah telah berfirman: فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ maka janganlah kalian menganiaya diri-diri kalian di dalamnya”. (QS. At-Taubah: 36). Qatadah mengatakan : إِنَّ الظُّلْمَ فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ أَعْظَمُ خَطِيئَةً وَوِزْرًا، مِنَ الظُّلْمِ فِيمَا سِوَاهَا، وَإِنْ كَانَ الظُّلْمُ عَلَى كُلِّ حَالٍ عَظِيمًا، وَلَكِنَّ اللَّهَ يُعَظِّمُ مِنْ أَمْرِهِ مَا يَشَاءُ Sesungguhnya kedhaliman pada bulan-bulan haram lebih besar dosanya daripada kedhaliman pada bulan-bulan lainnya, meskipun kedhaliman adalah berat dalam setiap keadaan, akan tetapi Allah mengagungkan sebagian dari urusan-Nya sesuai kehendak-Nya”. (Tafsir Ibnu Katsir, IV/148). Kedhaliman terhadap diri sendiri tidak lepas karena dua sebab: Pertama: kurang dalam menjalankan kewajiban. Kedua: terjatuh dalam perkara yang diharamkan. Siapakah di antara kita yang sempurna dalam menjalankan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita? Siapakah di antara kita yang tidak pernah terjatuh dalam perkara yang diharamkan? Siapakah di antara kita yang tidak pernah melakukan kedhaliman terhadap diri-diri kita? Barangkali di antara kita sesekali atau terkadang atau sering terjatuh dalam dalam kedhaliman terhadap diri sendiri. Barangkali kita berdosa dengan anggota badan kita, baik itu dengan tangan, kaki, mata, pendengaran atau lisan. Jika kedhaliman terhadap diri sendiri beresiko pada selain bulan haram, maka bagaimana dengan hal tersebut jika dilakukan pada bulan haram? Marilah kita memperbanyak istighfar. Semoga Allah menghapus dosa-dosa yang kita lakukan melalui istighfar yang kita panjatkan. Al-Hasan berkata: أَكْثِرُوْا مِنَ اْلاِسْتِغْفَارِ فِيْ بُيُوْتِكُمْ وَعَلَى مَوَائِدِكُمْ وَفِيْ طُرُقِكُمْ وَفِيْ أَسْوَاقِكُمْ وَفِيْ مَجَالِسِكُمْ وَأَيْنَمَا كُنْتُمْ، فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُوْنَ مَتَى تَنْزِلُ الْمَغْفِرَةُ. Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah kalian, di meja makan, di jalan-jalan, di pasar-pasar, di majlis-majlis dan dimanapun kalian berada, karena kalian tidak tahu kapan ampunan itu turun. (Tazkiyatun Nufus, hlm. 51). 3. Rahasia Meraih Pahala Haji tanpa ke Baitullah. Pada bulan ini kaum muslimin bersiap-siap melaksanakan ibadah haji. Allah berfirman: اَلْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُوْمَات. Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. (QS. Al-Baqarah: 197). Ibnu Umar – Radhiyallahu ‘anhuma – mengatakan : أَشْهُرُ الحَجِّ: شَوَّالٌ، وَذُو القَعْدَةِ، وَعَشْرٌ مِنْ ذِي الحَجَّةِ Bulan-bulan haji adalah syawwal, dzulqa’dah dan sepuluh hari di bulan dzulhijjah. (HR. Bukhari secara mu’allaq dengan shighah jazm). Bagi orang yang mampu melakukan ibadah haji, semoga hajinya menjadi mabrur. Bagi orang yang belum memiliki kesempatan untuk ibadah haji, maka ada amalan yang dapat menjadikan seseorang meraih pahala haji, di antaranya adalah menghadiri majlis ilmu di masjid. Dalam hadits Abu Umamah – Radhiyallahu ‘anhu – Rasulullah – Shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda: مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ، تَامّاً حَجَّتُهُ Barangsiapa yang berangkat ke masjid, tidak ada yang diinginkannya kecuali mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya seperti pahala orang yang haji dengan sempurna hajinya. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir dan Syaikh Al-Albani mengatakan: “Hasan Shahih”, Shahih Targhib wa Tarhib, no. 86). Demikian tiga mutiara bulan ini. Semoga Allah memberikan kepada kita semua taufiq untuk senantiasa mencintai ilmu agama, mempelajarinya, mengamalkannya dan mendakwahkannya karena Allah ta’ala. Amin Ya Rabbal Alamin. ____ Oleh : Ustadz Muhtar Arifin Lc. MHI ____ Artikel ini dimuat di Retizen Republika. https://retizen.republika.co.id/posts/153700/tiga-mutiara-bulan-dzulqadah ____ Info media MAA https://berbagi.link/maalfurqonmgl
Di Balik Megahnya Gedung Rumah Sakit
Apabila kita perhatikan sebuah bangunan sebuah rumah sakit, maka biasanya akan didapati bahwa bangunannya megah dan hebat. Rata-rata memiliki gedung yang bertingkat. Cat yang menghiasinyapun terlihat indah bagus memikat. Di sekitarnya terdapat berbagai pohon yang berdaun lebat. Demikianlah bangunan yang banyak terdapat para pasien, dokter, dan perawat. Tatkala kita mencermati indahnya bangunan tersebut, ternyata di dalamnya banyak orang yang merintih. Ada orang tua yang sedang menangis dan merintih. Ada anak yang sedang mengerang karena merasa perih. Ada yang berteriak seakan-akan sedang tersiram air mendidih. Ada juga yang memendam rasa sakit dan pedih, akan tetapi tidak mengeluarkan suara apapun kecuali hanya desisan yang lirih. Manakalah merenungkan isi dari ranjang-ranjang rumah sakit, kita menjadi teringat bahwa kesehatan adalah termasuk salah satu nikmat yang amat besar. Apabila dinilai dengan rupiah, maka apakah Anda tahu berapa harga nikmat yang berupa kemampuan melihat dengan jelas tanpa kaca mata? Berapa harganya nikmat dapat bernafas dengan longgar tanpa bantuan tabung oksigen? Berapa harganya nikmat memiliki jantung yang dapat berdetak dengan normal tanpa bantuan ring? Berapa harganya nikmat darah yang dapat melakukan sirkulasi dengan lancar tanpa hambatan? Ternyata kita tidak mampu mengkalkulasikan semua nikmat yang kita terima. Alangkah pantasnya tatkala Al-Qur’an menyebutkan: “Dan Jika kalian menghitung-nikmat-nikmat Allah, nisaya kalian tidak dapat melakukannya”. (QS. Ibrahim: 34). Imam Al-Qurthubi – rahimahullah – menjelaskan dalam tafsirnya (IX/367) bahwa ketidakmampuan menghitung adalah disebabkan karena banyaknya nikmat tersebut, seperti pendengaran, penglihatan, bentuk yang tegak dan kesehatan. Rumah sakit ini menjadi tempat yang menyadarkan kita bahwa nikmat sehat amatlah mahal harganya. Demi kesehatan, seseorang terkadang sampai menjual tanahnya. Untuk mencari kesembuhan, seseorang kadang harus memakai tabungannya yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun. Demi kesehatan pula, seseorang harus mengorbankan apa yang dimilikinya. Ini menunjukkan bahwa harta lebih murah daripada kesehatan. Oleh karena itu dikatakan dalam pepatah Arab: “Kesehatan adalah laksana mahkota yang dipakai oleh orang yang sehat. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali orang-orang yang sakit”. Inilah yang tersembunyi di balik megahnya rumah sakit. Ia menyimpan sebuah pesan bahwa kesehatan lebih mahal dari kekayaan. Dari sini, kita diajarkan untuk bersyukur atas semua nikmat. Banyak di antara kita mudah mengeluh ketika keuangan sedang menipis. Tidak sedikit dari kita yang mengganggap tidak punya rejeki ketika persediaan di rumah sudah hampir habis. Padahal ada kenikmatan yang luar biasa ada pada diri kita. Ia melekat pada diri kita, ke manapun kita pergi ia selalu bersama kita, yaiu nikmat kesehatan. Dari sini pantaslah ketika dikatakan bahwa manusia itu banyak ingkar terhadap nikmat Allah. Allah senantiasa memberikan kepada kita nikmat sehat, akan tetapi kita terkadang tidak mengakuinya dan justru melupakannya. Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Sesungguhnya manusia adalah banyak berbuat aniaya lagi amat ingkar” (QS. Ibrahim:34). Klasifikasi Nikmat. Dalam muqaddimah kitab Ijtima’ Juyusyil Islamiyyah (hlm. 3), Ibnul Qayyim menyebutkan ada dua nikmat: Pertama: Ni’matun Muthlaqah (nikmat yang mutlak), yaitu nikmat yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan abadi. Kedua: Ni’matun Muqayyadah (nikmat yang terikat). Salah satu dari bentuk nikmat yang terikat adalah nikmat sehat. Dari pembagian di atas, kita menjadi teringat bahwa kenikmatan itu itu amatlah luas cakupannya. Ia tidak sesempit yang kita bayangkan. Ia tidak sependek yang ada dalam pikiran kita pada umumnya. Kisah Menarik Bersama Yunus Bin Ubaid. Membaca kisah termasuk sesuatu yang dapat menguatkan hati. Setelah seseorang membaca kisah-kisah yang pernah terjadi pada masa lalu, maka hatinya dapat menjadi semakin tabah menghadapi berbagai ujian dalam kehidupan ini. Oleh karena itu banyak disebutkan kisah-kisah dalam kitabullah. Allah berfirman: “Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu”. (QS. Hud: 120). Ada sebuah kisah menarik yang termuat dalam Fiqhul Ad’iyah wal Adzkar (I/233) disebutkan bahwa ada seorang lelaki datang kepada Yunus Bin Ubaid mengeluhkan tentang kemiskinannya. Yunus berkata: “Senangkah engkau jika pandanganmu dibeli dengan harga 100.000 dirham?” Ia menjawab: “Tidak”. Yunus berkata: “Jika kedua tanganmu dengan harga 100.000 (dirham)?” Ia menjawab: “Tidak”. Yunus berkata: “Jika kedua kakimu dengan harga 100.000 (dirham)?” Ia menjawab: “Tidak”. Lalu beliau mengingatkan berbagai nikmat Allah kepadanya. Lalu Yunus berkata: “Aku melihat bahwa engkau memiliki harta ratusan ribu dirham, akan tetapi engkau mengeluhkan hajatmu?!”. Semoga Sang Pencipta memberikan kepada kita taufiq untuk selalu bersyukur atas nikmat yang kita terima. Mudah-mudahan kita dilindungi dari sikap mengingkari nikmat yang selalu kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. ____ Oleh : Ustadz Muhtar Arifin Lc. MHI ____ Artikel ini dimuat di Kompasiana.com. https://www.kompasiana.com/muhtar90219/6231e764cfca5159ce4e4622/di-balik-megahnya-gedung-rumah-sakit?page=3&page_images=1 ____ Info media MAA https://berbagi.link/maalfurqonmgl
Berusaha Meredam Gejolak dengan Mahalnya Minyak
Hari-hari ini banyak perbincangan tentang tingginya harga minyak goreng. Ketika penulis sedang duduk antri berkumpul bersama para pasien dan pendamping mereka untuk terapi di sebuah tempat pijat, mereka berbincang-bincang tentang mahalnya minyak goreng. Percakapan pun tampak seru tentang harga minyak. Beberapa hari yang lalu, di sebuah minimarket ada seorang ibu mengambil sebotol minyak, lalu ia membawanya ke kasir. Lalu petugas di kasir berkata, “Bu, ini minyak yang harganya mahal ya!”. Seorang ibu tersebut segera mengambil kembali minyak yang ingin ia beli dari tangan kasir tersebut. Ia kembalikan ke etalase lagi dan mengurungkan niatnya untuk membeli minyak yang mahal itu. Di sebagian grup Watts App, tidak sedikit yang mengeluhkan tentang mahalnya minyak. Padahal minyak adalah kebutuhan masyarakat setiap hari. Selain itu, makanan yang sering digemari oleh banyak orang adalah gorengan. Ketika menghadapi fenomena seperti ini, muncul pertanyaan: bagaimana solusi menghadapi mahalnya minyak goreng? Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan beberapa hal yang sudah sepantasnya kita ingat kembali berkaitan dengan hal tersebut: 1. Mahalnya Minyak Telah Tertulis di Lauhul mahfudz. Apa saja yang menimpa manusia seperti bencana alam, kecelakaan, mahalnya harga barang dan sebagainya telah ditulis dalam lauhul mahfudz. Penulisan tersebut telah ada sebelum manusia diciptakan. Bahkan penulisan tersebut terjadi sebelum diciptakan langit dan bumi. Allah telah berfirman: مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang yang menimpa dirimu sendiri semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauhu Mahfudz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah[1]. Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda: كَتَبَ اللهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ Lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah telah menulis takdir-takdir para makhluk-Nya[2]. Dari dasar tersebut diketahui bahwa segala sesuatu yang terjadi pada saat ini telah tertulis di sisi Allah. Apa saja yang ada pada masa sekarang ini merupakan bentuk wujud dari ketetapan Allah yang sudah ditulis di Lauh Mahfudz. Termasuk mahalnya minyak goreng telah diketahui oleh Allah sebelum terjadi. Hal itu karena Allah adalah Al ‘Aliim (Dzat yang Mahamengetahui segala sesuatu). Dia mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, apa yang akan terjadi dan apa yang tidak terjadi bagaimana kejadiannya sekiranya terjadi. 2. Bersyukur bahwa yang mahal hanyalah minyak goreng. Alhamdulillah, yang mahal harganya adalah minyak goreng. Mengapa demikian? Karena Anda dapat membayangkan sekiranya yang mahal adalah oksigen. Setiap saat orang membutuhkan oksigen untuk bernafas. Seandainya benda yang mahal adalah oksigen, maka berapa total nominal rupiah yang harus dikeluarkan untuk dapat bernafas setiap hari dengan lancar? Alangkah banyak beaya yang harus dibayarkan untuk bisa bernafas dengan baik seandainya harus membeli oksigen secara terus-menerus. Demikianlah ketika kita tertimpa sesuatu, maka kita tetap bisa bersyukur. Ini dapat ditempuh ketika mengingat bahwa di sana ada musibah yang lebih berat daripada apa yang sedang menimpa kita. Dengan itu, maka seseorang dapat bertahmid di tengah kondisi musibah sedang melanda. Al-Qadhi Syuraih berkata: إِنِّي لأُصَابُ بِالمُصِيْبَةِ، فَأَحْمَدُ اللهَ عَلَيْهَا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، أَحْمَدُ إِذْ لَمْ يَكُنْ أَعْظَمَ مِنْهَا، وَأَحْمَدُ إِذْ رَزَقَنِي الصَّبْرَ عَلَيْهَا، وَأَحْمُدُ إِذْ وَفَّقَنِي لِلاسْتِرْجَاعِ لِمَا أَرْجُو مِنَ الثَّوَابِ، وَأَحْمَدُ إِذْ لَمْ يَجْعَلْهَا فِي دِيْنِي. Sesungguhnya aku benar-benar tertimpa musibah, lalu aku memuji Allah sebanyak empat kali: 1. Aku memuji Allah karena musibah itu tidak lebih berat dari yang ada. 2. Aku memuji karena Allah memberikan rizki kepadaku berupa kesabaran. 3. Aku memuji karena Allah memberiku taufiq untuk membaca istirja’ karena ada pahala yang aku harapkan. 4. Aku memuji karena tidak menjadikan musibah itu menimpa agamaku[3]. Dengan mengingat poin-poin ini, kita dapat tetap bertahmid di tengah musibah yang menimpa. Seseorang akan tetap bisa bersikap bijak meskipun sedang mengalami mahalnya minyak. Dengan mengingat wasiat ini pula, kita tetap berusaha bersyukur, meskipun sedang dalam keadaan jatuh tersungkur. 3. Masih ada cara masak yang lain. Memasak dengan menggoreng menggunakan minyak goreng adalah bukan satu-satunya cara menjadikan makanan itu matang. Ada cara-cara lain untuk menjadikan makanan itu dapat disantap tanpa menggunakan minyak goreng, misalnya dengan merebus, memanggang, mengukus dan sebagainya. Ini juga merupakan nikmat yang sudah sepantasnya kita syukuri. Sekiranya menggoreng adalah satu-satunya cara untuk memasak, maka sebagian dari kita kita tentu akan merasa kesulitan di tengah mahalnya minyak saat ini. Ketika suatu makanan dapat terhidang, maka di dalamnya terkandung banyak nikmat dari Allah ta’ala. Di antara nikmat tersebut adalah berupa adanya orang yang menanam tumbuhan yang menjadi bahan utama makanan tersebut. Ada nikmat yang berupa kemudahan dalam memanennya. Ada nikmat yang berupa adanya orang yang mengolahnya. Lalu ada juga orang yang memasaknya. Kemudian ada orang yang menghidangkannya di hadapan kita. Ini semua adalah termasuk dari sekian nikmat Allah yang pantas kita syukuri. Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan: إِنهُ لاَ يُقَدَّمُ الطَّعَامُ بَيْنَ يَدَيْكَ وَإِلاَّ وَفِيْهِ ثَلاَثُمِائَةٍ وَسِتُّوْنَ نِعْمَةً Sesungguhnya tidaklah suatu makanan dihidangkan di depamu, melainkan di dalamnya ada 360 nikmat[4]. Tatkala mengingat nikmat Allah ini, maka hati kita akan menjadi tenang. Jiwapun tetap lapang menghadapi mahalnya barang yang satu ini. Dengan itu pula, tahmid dapat menjadi bacaan kita dalam keadaan yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai. Hal itu sebagaimana dalam hadits Aisyah – radhiyallahu ‘anha – berikut ini: عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ. Dari Aisyah – radhiyallahu ‘anha – berkata: Dahulu Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat sesuatu yang beliau sukai membaca: Segala puji bagi Allah yang dengan nikma-nikmat-Nya kebaikan-kebaikan menjadi sempurna. Dan apabila melihat sesuatu yang tidak beliau sukai, maka beliau membaca: Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan[5]. Semoga Allah memberikan kepada kita taufiq untuk selalu bersyukur dalam setiap keadaan. Mudah-mudahan dengan syukur yang selalu kita panjatkan menjadi sebab bertambahnya nikmat. Semoga nikmat yang kita dapat akan mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. [1] QS. Al-Hadid: 22. [2] HR. Muslim. [3] Siyar A’lam Nubala’ (IV/105). [4] Asy-Syarhul Mumti’ Syarh Zadil Mustaqni’, (I/99). [5] Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah, No. 265. ____ Oleh : Ustadz Muhtar Arifin Lc. MHI ____ Artikel ini dimuat di Retizen Republika. https://retizen.republika.co.id/posts/80632/berusaha-meredam-gejolak-dengan-mahalnya-minyak ____ Info media MAA https://berbagi.link/maalfurqonmgl
Yang Tersembunyi Dalam Kursi
Alhamdulillah. Penulis masih berada di sebuah rumah sakit mendampingi seorang pasien. Ia sedang duduk di dekat sebuah kursi roda yang tergeletak di samping dinding sebuah bangsal. Ia menyaksikan banyaknya orang yang sakit dengan berbagai keadaannya. Ada yang sakit tangannya, ada yang kakinya, ada yang kepalanya, ada yang matanya dan seterusnya. Hari ini (04/03/2022) adalah hari ketiga ia tinggal di rumah sakit tersebut Ketika menyaksikan banyaknya orang sakit, penulis teringat sebuah perkataan yang dikatakan oleh As-Siba’i: اَلْمَرَضُ مَدْرَسَةٌ تَرْبَوِيَّةٌ Sakit adalah sebuah madrasah (sekolahan) yang mengandung unsur-unsur tarbiyah (pembinaan)[1]. Para pembaca yang terhormat, ketika melihat sebuah kursi roda seperti di atas, apa pelajaran yang dapat diambil? Anda tentu banyak mengambil pelajaran dari kursi roda tersebut. Di antara pelajaran yang dapat penulis ambil adalah syukur atas nikmat sehat. Nikmat sehat adalah termasuk nikmat yang sering kita lupakan. Ya, rasa syukurlah yang kita rasakan ketika melihat sebuah kursi roda. Kita bersyukur dapat melangkahkan kaki. Kita bersyukur tidak memakai kursi roda dalam berjalan. Nikmat melangkahkan kaki adalah termasuk nikmat yang terkadang kita lalaikan. Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya agar bersyukur. Allah telah berfirman: فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ Ingatlah oleh kalian Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian. Dan Bersyukurlah kalian kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari-Ku. (QS. Al-Baqarah: 152). Ini berarti barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka ia telah melaksanakan perintah-Nya. Syukur adalah termasuk kewajiban yang Allah bebankan kepada kita sebagai hamba. Imam Nawawi telah membuat sebuah pembahasan khusus tentang syukur dalam kitabnya yang mulia Riyadhush Shalihin. Pada bab ke-242 beliau membuat judul: Bab Wujubisy Syukr (Bab Tentang Wajibnya bersyukur)[2]. Ini mengisyaratkan bahwa bersyukur adalah merupakan kewajiban seorang hamba. Ada sebuah ungkapan bahasa Arab tentang syukur yaitu: النِّعْمَةُ وَحْشِيَّةٌ، إِنْ شُكِرَتْ قَرَّتْ وَإِنْ كُفِرَتْ فَرَّتْ Kenikmatan itu adalah laksana binatang buas. Jika disyukuri akan menetap, dan jika diingkari akan lenyap[3]. Marilah kita hiasi hari-hari dan waktu-waktu kita dengan menambahi rasa syukur kepada Pencipta Langit dan Bumi. Dialah yang telah memberikan kepada kita karunia untuk dapat menjadikan kaki kita lengkap. Dia pulalah yang telah menjadikan kaki kita dapat dipakai untuk melangkah. Dia jugalah yang memberikan kepada kita pertolongan untuk dapat melangkah menuju kepada kebaikan yang dicintai-Nya. Semoga Dia menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba yang banyak bersyukur. Amin. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Dengan bersyukur, hati menjadi terlipur, jiwa menjadi terhibur dan hidup pun menjadi makmur. [1] Mushthafa As-Siba’I, Hakadza ‘allamatini al-Hayatu, hlm. 20. [2] An-Nawawi, Riyadhush Shalihin Min Kalami Sayyidil Mursalin, hlm. 385. [3] Ats-Tsa’alibi, At-Tamtsil Wal Muhadharah, hlm. 146. ____ Oleh : Ustadz Muhtar Arifin Lc. MHI ____ Artikel ini dimuat di Retizen Republika. https://retizen.republika.co.id/posts/65052/yang-tersembunyi-dalam-kursi ____ Info media MAA https://berbagi.link/maalfurqonmgl